Oleh Jenmerus V. Popana
KEBIJAKAN pemerintah
daerah Kabupaten Halmahera Selatan yang mendorong sebesar-besarnya sektor
investasi pertambangan, telah menciptakan terbukanya ruang-ruang investor
pertambangan masuk ke daerah ini. Dari keseluruhan wilayah Halmahera Selatan,
Pulau Obilah yang sangat ramai di kunjungi investor untuk menanamkan investasi
mereka, Terdata kurang lebih 20 Ijin Usaha pertambangan yang beroperasi di Obi.
Dari jumlah itu, beberapa diantaranya telah memasuki tahapan eksploitasi/Produksi,
sedangkan lainnya masih berkisar pada eksplorasi dan penelitian umum.
Investasi, disebutkan sebagai bagian dari upaya mewujudkan kesejahteran rakyat.
Benarkah? Jawaban atas pertanyaan ini memang kompleks. Dibutuhkan banyak
indikator dan Analisa untuk dapat memberikan penjelasan yang memuaskan. Tulisan
ini tidak kemudian menjawab pertanyaan
itu secara tuntas. Melainkan sekedar memberikan gambaran tentang plus minus
peluang kesejahteraan orang Obi, dari reaksi atas kebijakan investasi itu.
Kesejahteraan rakyat, adalah sebuah kondisi dimana kehidupan manusia
(baca: Masyarakat Obi) yang mapan. Dimana segala kebutuhan hidup dapat
terpenuhi dengan sempurna.
Ketika sinyal kesejahteraan ini diimingi dari kebijakan investasi oleh
para Investor maupun penguasa daerah, maka tidak ada alasan yang cukup bagi
masyarakat dilingkaran/ area pertambangan untuk memberikan argumentasi lain,
selain kata “setuju”.
Sebab, kondisi perekonomian bangsa Indonesia belakangan ini sudah sedimikian terpuruk. Apalagi kondisi masyarakat Obi terlebih khusus di daerah pertambangan hanya mengandalkan perkebunan kelapa dan nelayan dan belakangan ini justru nilai jual Kopra semakin merosot.
Sebab, kondisi perekonomian bangsa Indonesia belakangan ini sudah sedimikian terpuruk. Apalagi kondisi masyarakat Obi terlebih khusus di daerah pertambangan hanya mengandalkan perkebunan kelapa dan nelayan dan belakangan ini justru nilai jual Kopra semakin merosot.
Ditengah keterpurukan ekonomi ini, pemerintah kemudian memberikan jaminan
kesejahteraan kepada rakyat, yang salah satunya bisa didorong lewat kebijakan
investasi. Sebut saja, investasi tambang nikel yang ada di daerah ini, seperti
yang ada di Pulau Obi khususnya desa Kawasi
dan desa lainnya yang masuk pada daerah Konsesi
Naiknya harga kebutuhan pokok, menurunnya harga jual hasil produksi
pertanian/perkebunan, mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, serta sulitnya
mencari pekerjaan, telah membuat rakyat ikut bermimpi, tentang kedatangan
sebuah kesejahteraan, yang disebutkan akan lahir sejalan dengan kebijakan investasi
pertambangan nikel.
Okelah kita tidak perlu membahas pertambangan nikel yang masih dalam
tahap eksplorasi, dalam kesempatan ini saya hanya sedikit focus membahas
pertambangan yang ada di Kawasi.
Ada beberapa potensi konflik dan permasalahan terjadi Desa Kawasi (Maaf Menurut saya), yang pertama adalah
soal egoisme masyarakat Kawasi yang hanya mementingkan orang orang tertentu
untuk menikmati hasil pertambangan, dalam hal berdagang misalnya, masyarakat
Kawasi lebih menerima Orang luar Obi untuk berdagang ketimbang menerima desa
desa tetangga, katakanlah Soligi..!!! (Upss saya tidak bermaksud memprofokasi, ini fakta
boss..!! :D )sehingga beberapa waktu lalu hamper saja terjadi
tawuran antar kedua desa tersebut, ini jelas-jelas merusak tatanan kehidupan
bermasyarakat di wilayah itu,
Yang kedua masalah CSR/Comdev. Setahu saya ploting anggaran untuk Comdev
harus mengarah ke ring 1dan ring 2, ring 1 untuk daerah pertambangan dan ring 2 untuk masyarakat di
sekitarnya, sesuai dengan Namanya Community development maka sesunggunya dalam
pembagian anggaran harus jelas arahnya, yaitu berapa % untuk desa kawasi dan
berapa % untuk desa seputar kawasi. Dari pemahaman yang saya dapat, kemudian
saya melakukan penelusuran dengan cara memasukan proposal bantual studi akhir
saya, walhasil saya bertemu dengan namanya manajemen Amburadul yang kaku.......
Disana saya disuruh untuk harus bertemu kepala kampong, namun saya tak
menggubris kemudian saya sendirilah yang mengantar ke karyawan Comdev dengan
harapan akan segera cair sesuai peruntukannya, namun seminggu 2 minggu 3 minggu
kemudian saya kembali ke desa tersebut untuk Crosscheck dan mereka mengarahkan
saya untuk bertemu dengan Top leader mereka di Comdev, yang katanya bernama Pa TOGAP, dengan
sikap yang berani dan tak malu malu, saya kemudian bertemu dengan Pa TOGAP....
wewww Minta Ampong dia pe makang puji
Dengan berbekal senyuman yang malu malu saya memberikan salam dan
berjabat tangan, dan dengan nada sinis dia berkata kepada saya, “Maaf kamu
siapa?” jawab saya “ saya mahasiswa Obi yang lagi studi akhir dan 3 minggu lalu
saya sudah masukan proposal bantuan studi akhir saya Pa” lanjut dia “ Maaf
proposalnya banyak dan saya lagi sibuk jadi saya belum periksa itu, nanti kamu
balik saja’’wow saya harus balik?? Semantara saya lagi studi di Sulawesi.... ketusku...ahhhrggg
busyet peramok memang kamu, hasilku kamu sudah ambil giliran saya butuh belas
kasihan kamu malah injak saya..!!!
Pengalaman diatas merupakan suatu hal yang sangat krusial bagi saya, dan
perlu disikapi oleh Putra Putri Obi, saya sengaja menjadi seorang pengemis
didalam rumah saya dan ternyata perampok tak menghiraukan saya... Kacian de
loe...!!!
Namun persoalannya tidak bisa hanya berhenti disitu saja. Fakta
menunjukan pertambangan nikel di wilayah itu telah memicu potensi Rawan
bencana, rawan konflik perbatasan, antara Kawasi dan soligi, rekrutmen tenaga
kerja, pencemaran lingkungan, budaya, adat dan sebagai, sebagainya... masih
banyak lagi yang perlu saya ungkap dalam Tulisan jelek saya ini, namun saya
sudah cape berpikir untuk berbuat bagi Obiku tercinta, sehingga saya hanya
mengharapkan bantuan teman2 untuk bergerak berbarengan dan maju melawan
penindas
Akhirnya, untuk kawan-kawanku di Obi, ada beberapa pilihan yang perlu
ditempuh. Tunduk dan patuh untuk siap ditindas, atau bergerak bangkit dan
melawan. Sebab, diam adalah sebuah penghianatan.
Majuuuu..menujuh perbaikan demi kesejahteraan obi .,👌💪💪💪
BalasHapus